Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) berperan vital dalam mendukung ketahanan energi nasional. Namun, di balik kontribusi besar tersebut, aktivitas hulu seperti eksplorasi, pengeboran, dan produksi menyimpan risiko tinggi terhadap lingkungan. Dampak negatif yang mungkin timbul mencakup tumpahan minyak atau bahan kimia, limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), emisi gas rumah kaca, serta gangguan terhadap ekosistem baik di daratan maupun wilayah perairan.

Pengelolaan risiko lingkungan bukan sekadar kewajiban hukum atau regulasi, tetapi merupakan fondasi penting bagi terciptanya operasi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Ketika risiko tidak dikelola dengan baik, dampaknya bisa merugikan masyarakat, perusahaan, dan lingkungan dalam jangka panjang.

Risiko Lingkungan Utama dan Tantangannya

Beberapa risiko utama di sektor hulu migas antara lain:

  1. Pencemaran tanah dan air akibat tumpahan minyak atau bahan kimia selama proses pengeboran atau transportasi.
  2. Limbah operasional yang mengandung zat berbahaya jika tidak dikelola dengan benar.
  3. Emisi udara, termasuk gas rumah kaca, yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Oleh karena itu, strategi mitigasi harus dilakukan sejak tahap perencanaan hingga pasca-operasi.

Baca Juga : strategi-melakukan-penentuan-skala-prioritas-terhadap-risiko

Strategi Mitigasi Risiko Lingkungan dalam Operasi Hulu Migas

Pendekatan Strategis Mitigasi Risiko

Mitigasi risiko lingkungan dilakukan melalui beberapa pendekatan utama:

  1. Teknologi Ramah Lingkungan dan Prosedur Operasi Terbaik
    Penggunaan rig pengeboran dengan teknologi minim emisi, sistem pengolahan limbah di lokasi (on-site treatment), dan inspeksi berkala untuk mencegah kebocoran merupakan upaya pencegahan primer.
  2. Kesiapsiagaan dan Respons Cepat
    Menyusun dokumen AMDAL yang komprehensif, simulasi tanggap darurat, serta pelaksanaan remediasi lingkungan pasca-produksi adalah langkah penting dalam mengurangi dampak jika insiden terjadi.
  3. Sistem Manajemen Lingkungan dan Kepatuhan
    Implementasi sistem seperti ISO 14001 dan pemantauan lingkungan secara rutin memastikan pengendalian dampak berlangsung secara konsisten.
  4. Peran SDM dan Komunitas
    Budaya HSE yang kuat dan pelibatan masyarakat lokal melalui program TJSL menciptakan ekosistem kerja yang lebih peduli dan kolaboratif.

Penerapan strategi mitigasi risiko lingkungan ini sangat penting bagi perusahaan di sektor hulu migas demi menjaga keberlanjutan operasi dan kepercayaan publik. Entitas seperti PT PERTAMINA EP, PT Pertamina EP Cepu, PT Pertamina EP Cepu ADK, PT PHE Corridor, PT PHE Gebang North Sumatera, PT PHE Jabung, PT PHE Jambi Merang, PT PHE Kakap, PT PHE Makassar Strait, dan PT PHE Ogan Komering adalah contoh perusahaan yang dalam kegiatan eksplorasi dan produksi mereka sangat membutuhkan komitmen kuat terhadap strategi mitigasi risiko lingkungan demi operasi yang aman dan bertanggung jawab.


Ikuti Pelatihannya : pelatihan-sertifikasi-manajemen-risiko-certified-risk-associate-cra

Share This Article
Sertifikasiku
About Author

Sertifikasiku

Sertifikasiku, platform edukasi online, membantu anak bangsa untuk memiliki sertifikasi kompetensi profesi yang sangat berguna untuk bersaing di era global.