Sektor hulu minyak dan gas (migas) adalah industri yang vital, namun secara inheren memiliki risiko hulu migas yang sangat tinggi. Mulai dari kegiatan eksplorasi di lokasi terpencil, pengeboran di kedalaman ekstrem, hingga produksi dan pengolahan awal yang melibatkan material berbahaya, potensi kecelakaan, dampak lingkungan, dan kerugian finansial sangat besar. Di sinilah budaya sadar risiko memainkan peran kunci yang melampaui sekadar prosedur, melankan juga menjadi fondasi utama bagi manajemen risiko yang efektif dan pengendalian risiko operasional yang kuat. Berdasarkan standar ISO 31000:2018, khususnya prinsip Faktor Manusia dan Budaya, memahami pentingnya budaya ini adalah fundamental.
Apa Itu Budaya Sadar Risiko?
Budaya sadar risiko dapat didefinisikan sebagai seperangkat nilai, kepercayaan, norma, dan pemahaman bersama yang membentuk perilaku individu dan kolektif terkait risiko dalam sebuah organisasi. Ini bukan hanya tentang mengetahui adanya risiko, tetapi tentang bagaimana setiap orang berpikir, bertindak, dan membuat keputusan dengan mempertimbangkan risiko secara aktif. Di industri hulu migas yang penuh dinamika dan kompleksitas, budaya risiko yang kuat menjadi krusial untuk menghadapi risiko operasional yang kompleks dan dinamis, memastikan pengendalian risiko operasional berjalan optimal.
Pilar Budaya Sadar Risiko di Operasional Industri Hulu Migas
Membangun dan memelihara budaya sadar risiko di industri hulu migas melibatkan beberapa pilar utama:
1. Kepemimpinan yang Kuat (Leadership Commitment): Manajemen puncak harus menunjukkan komitmen nyata dan konsisten terhadap manajemen risiko. Ini tidak hanya sebatas pernyataan, tetapi juga terlihat dari alokasi sumber daya, komunikasi rutin tentang keselamatan dan risiko di lapangan, serta tindakan yang menunjukkan bahwa keselamatan tidak dapat dikompromikan. Komitmen ini menjadi teladan bagi seluruh karyawan dalam menerapkan pengendalian risiko operasional.
2. Komunikasi Transparan dan Terbuka: Informasi terkait risiko hulu migas harus mengalir bebas ke atas, ke bawah, dan lintas departemen. Ini mencakup sesi safety brief harian yang efektif di lokasi rig, laporan near-miss yang didorong tanpa rasa takut akan sanksi, dan diskusi terbuka tentang potensi bahaya. Komunikasi yang transparan ini membangun kepercayaan dan memastikan semua pihak memiliki pemahaman yang sama tentang manajemen risiko.
3. Pembelajaran dari Insiden dan Near-Miss: Setiap insiden atau near-miss (hampir celaka) harus dianggap sebagai kesempatan emas untuk belajar, bukan hanya sebagai kesalahan yang harus disembunyikan. Investigasi insiden yang mendalam untuk menemukan akar masalah, serta berbagi pelajaran dari kegagalan peralatan atau kesalahan prosedur pengeboran, adalah cara efektif untuk memperkuat budaya sadar risiko dan meningkatkan pengendalian risiko operasional.
4. Akuntabilitas Individu dan Kolektif: Setiap karyawan harus memahami perannya dalam manajemen risiko dan merasa bertanggung jawab atas tindakan mereka. Ini berarti operator mematuhi SOP (Standard Operating Procedure) bahkan tanpa pengawasan ketat, dan tim berani menggunakan hak mereka untuk menghentikan pekerjaan jika dirasa tidak aman (stop work authority). Akuntabilitas ini membentuk budaya risiko yang kuat dari bawah ke atas.
5. Pelatihan dan Kompetensi Berkelanjutan: Memberikan pelatihan manajemen risiko yang relevan dan berkelanjutan sangat esensial. Pelatihan manajemen risiko ini membekali karyawan dengan kompetensi untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan merespons risiko operasional migas. Ini memastikan personel memiliki pengetahuan terkini tentang standar seperti ISO 31000:2018 dan mampu menerapkan pengendalian risiko operasional di lapangan.
6. Integrasi dalam Pengambilan Keputusan: Pertimbangan manajemen risiko harus menjadi bagian otomatis dari setiap keputusan operasional dan strategis. Ini berarti bahwa sebelum memulai proyek eksplorasi baru, mengubah proses produksi, atau mengadopsi teknologi baru, analisis risiko yang komprehensif harus dilakukan dan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
Baca Juga : Prinsip Manajemen Risiko Operasional di Industri Hulu Migas (upstream)

Budaya sadar risiko yang kuat membawa manfaat signifikan bagi industri hulu migas. Ini secara langsung berkontribusi pada pengurangan tingkat kecelakaan dan insiden, peningkatan kepatuhan regulasi, penguatan kredibilitas perusahaan di mata pemangku kepentingan, serta peningkatan efisiensi operasional karena minimnya gangguan. Pada akhirnya, ini memperkuat pengelolaan risiko migas secara menyeluruh dan menjaga keberlanjutan bisnis.
Budaya sadar risiko adalah fondasi utama keberhasilan manajemen risiko di industri hulu migas. Penerapan yang konsisten dari prinsip-prinsip ISO 31000:2018 ini, yang dijiwai oleh budaya risiko yang kuat, membawa manfaat besar bagi keamanan, efisiensi, dan keberlanjutan pengelolaan risiko migas.
Perusahaan-perusahaan di sektor hulu Pertamina merupakan contoh entitas yang wajib menerapkan manajemen risiko ini secara ketat. Misalnya, PT PERTAMINA EP, PT Pertamina EP Cepu, PT Pertamina EP Cepu ADK, PT Pertamina Internasional EP, PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP), PT Pertamina Algeria EP (PAEP), PT Pertamina Malaysia EP (PMEP), PT Pertamina Irak Eksplorasi Produksi (PIREP), dan PT. Pertamina East Natuna secara aktif mengintegrasikan manajemen risiko ini. Untuk mendukung pengelolaan risiko migas yang optimal dan memastikan kepatuhan, pelatihan sertifikasi Manajemen Risiko yang berkualitas menjadi investasi esensial bagi seluruh personel di sektor ini. Tingkatkan kompetensi tim Anda dalam manajemen risiko bersama Sertifikasiku.
Ikuti Pelatihannya : Pelatihan Sertifikasi Manajemen Risiko Level Madya